Ayo24 – Rite Aid, salah satu jaringan bisnis apotek terkemuka di Amerika Serikat, mengumumkan bahwa mereka telah mengajukan kebangkrutan dan berhasil mengamankan pendanaan segar sebesar US$3,45 miliar.
Keputusan tersebut diambil dalam rangka menjalankan rencana restrukturisasi sembari menghadapi penurunan penjualan dan tuntutan hukum terkait opiat.
Pada tahun 2022 lalu, Rite Aid menyelesaikan sejumlah tuntutan hukum dengan membayar hingga US$30 juta.
Tuntutan ini menyebutkan bahwa apotek-apoteknya turut berkontribusi terhadap berlebihnya pasokan opiat resep.
Perusahaan menyatakan telah mencapai kesepakatan dengan para kreditornya untuk melakukan restrukturisasi keuangan guna mengurangi utangnya dan memposisikan diri untuk pertumbuhan di masa depan dan pengajuan kebangkrutan merupakan bagian dari proses ini.
“Rencana restrukturisasi ini diharapkan akan mengurangi utang perusahaan secara signifikan sembari membantu menyelesaikan tuntutan hukum secara adil,” kata perwakilan dari Rite Aid.
Pada bulan Maret lalu, Departemen Kehakiman AS mengajukan gugatan terhadap Rite Aid, dengan tuduhan bahwa perusahaan ini dengan sengaja mengisi ratusan ribu resep obat terkontrol yang melanggar hukum antara Mei 2014 hingga Juni 2019.
Gugatan ini juga menuduh bahwa apoteker-apoteker dan perusahaan itu sendiri mengabaikan tanda-tanda merah yang mengindikasikan bahwa resep-resep tersebut ilegal..
Jeffrey Stein, yang merupakan kepala perusahaan konsultan keuangan, telah ditunjuk sebagai CEO Rite Aid mulai hari Minggu (15/10/2023) waktu setempat, menggantikan Elizabeth Burr yang sebelumnya menjabat sebagai CEO interim dan tetap menjadi anggota dewan direksi Rite Aid.
Pada awal bulan ini, Rite Aid memberitahu Bursa Saham New York bahwa perusahaan tersebut tidak memenuhi standar pencatatan.
Namun, selama periode penangguhan, saham perusahaan masih terdaftar dan diperdagangkan.
Rite Aid menegaskan bahwa pengajuan kebangkrutan dan ketidakpatuhan dengan standar pencatatan saham tidak akan memengaruhi operasi bisnis perusahaan atau persyaratan pelaporan kepada Komisi Sekuritas dan Bursa AS.
Rite Aid menyatakan bahwa mereka akan tetap mengatur pembayaran gaji dan biaya lainnya seperti biasa, meskipun beberapa toko yang dianggap kurang produktif di antara lebih dari 2.100 apoteknya yang tersebar di 17 negara bagian akan ditutup.
Sebelumnya, perusahaan ini melaporkan penurunan pendapatan menjadi US$5,7 miliar dalam kuartal fiskal yang berakhir pada 3 Juni 2023, turun dari US$60 miliar pada tahun sebelumnya, dengan catatan kerugian bersih sebesar US$306.7 juta.